Waktu
kecil saya suka menonton film Putri Salju. Di sana si ibu tiri Putri
Salju senang sekali bercermin. Biasanya ia bertanya, “Cermin ajaib di
dinding, siapakah wanita tercantik di dunia?” Lalu karena cermin si ibu
tiri adalah cermin ajaib, cermin tersebut kemudian dapat memperlihatkan
gambaran dari Putri Salju.
Sayangnya
cermin yang saya dan Anda miliki bukan cermin ajaib. Jadi setiap kali
kita bercermin, pasti yang kita lihat adalah gambaran diri kita. Justru
malah aneh kalau kita bercermin lalu yang terlihat adalah gambaran diri
orang lain.
Kita
semua adalah cermin Tuhan. Kalau kita cermin Tuhan, berarti seharusnya
kita mencerminkan gambaran dan sifat-sifat dari Tuhan itu sendiri. Bahkan juga kita itu dijadikan menurut gambar dan rupa Allah.
Pertanyaannya
adalah, “Cermin seperti apakah diri kita?” Bila kita merupakan cermin
yang utuh dan mengilap tentu saja kita dapat mencerminkan kemuliaan
Tuhan. Saat orang melihat diri kita, mereka melihat Tuhan yang berkarya
dalam hidup kita. Ini yang perlu kita semua kejar.
Bila
kita merupakan cermin yang utuh namun kusam, kita perlu memoles supaya
cermin tersebut menjadi mengilap. Bila itu yang kita rasakan, mari kita
berdoa dan minta Tuhan yang memoles diri kita untuk menjadi mengkilap
kembali. Selain berdoa supaya Tuhan yang memoles diri kita, kita juga
perlu memoles diri kita sendiri. Caranya adalah dengan mengubah pikiran
kita untuk menjadi selaras dengan pikiran Tuhan. Saat pikiran kita
diubahkan, saat itulah kita akan berusaha memoles diri kita menjadi
sesuai yang Tuhan mau.
Bagaimana
bila kita merupakan cermin yang retak? Bila kita merupakan cermin yang
retak, walaupun cermin itu mengilap tidak akan banyak berguna. Banyak
orang yang tidak sadar bahwa dirinya merupakan cermin yang retak.
Kilap
dalam cermin tidak dapat menutupi kondisi keretakan cermin. Sekuat
apapun Anda menutupi kondisi retak itu, Anda tidak bisa membohongi diri
sendiri. Saya tidak bermaksud mengatakan kita harus memperlihatkan
kerapuhan kita, menjadi cengeng, menjadi pahit, dan mempertontonkan itu
pada semua orang. Tidak! Tetapi setidaknya jujurlah! Banyak orang
hari-hari ini senang sekali memakai ‘topeng’.
‘Topeng’
yang digunakan adalah topeng yang tidak kasat mata, tidak kelihatan.
Topeng yang digunakan adalah untuk menutupi kondisi diri yang retak.
Mengapa banyak orang suka mengenakan topeng untuk menutupi cerminan diri
yang retak?
Jawaban
utama hanya satu: mereka tidak menyukai cermin retak itu. Mereka malu
dengan cermin retak itu. Mereka benci dengan cermin retak itu. Karena
itu, mereka berusaha supaya orang juga tidak melihat cermin retak itu.
Perasaan
tertolak, disakiti, trauma, dan kepahitan ini berpengaruh sangat besar
untuk menjadikan kita sebagai cermin yang retak. Efek dari tertolak,
disakiti, trauma, dan kepahitan akan menyebabkan orang menjadi:
- Menarik diri dari orang lain.
- Cenderung mempertahankan diri secara berlebihan.
- Menolak orang lain.
- Menyakiti orang lain.
- Memberontak.
- Cenderung berusaha keras untuk membuat diri diterima orang lain.
- Sangat sensitif dan sulit disenangkan.
- Mudah sekali kecewa.
- Memiliki harapan-harapan yang tidak realistis akan orang lain.
Bila
ini adalah kondisi Anda, jangan biarkan ini berlarut-larut. Segera
datang pada Tuhan, bereskan kondisi ini. Kondisi cermin yang retak bila
dibiarkan berlama-lama akan menjadi cermin yang hancur. Biasanya bila
cermin hancur tempatnya di pembuangan sampah. Ya, tidak akan terpakai
lagi. Jangan biarkan diri Anda menjadi cermin yang hancur!
Bagaimana
bila sekarang kondisi Anda adalah cermin yang hancur? Apakah sudah
tidak ada lagi harapan bagi Anda? Jangan kuatir, selalu ada pengharapan
dalam Tuhan!
Mazmur
51:19: Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang
patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Betapa
Tuhan itu baik. Cermin hancur pun Tuhan tidak pandang hina, bahkan Ia
pandang sebagai korban sembelihan bagi-Nya. Bila kondisi Anda saat ini
sebagai cermin yang hancur, datang pada-Nya. Minta Ia memulihkan kondisi
Anda.
Ia begitu mengasihi Anda, si cermin hancur. Begitu besar kasih-Nya sehingga Ia rela mati bagi Anda. Darah-Nya tercurah untuk memperbaiki Anda kembali. Setiap tetesan darah-Nya mengelem dan menyatukan setiap kepingan dan serpihan diri Anda, hati Anda, jiwa Anda. Bukan sekedar mengelem dan menyatukan, bahkan Dia menjadikan Anda sebagai cermin baru yang utuh (2 Korintus 5:17).
Mari
datang kepada-Nya. Apapun kondisi kita, cermin utuh yang mengilap,
cermin utuh yang kusam, cermin yang retak, bahkan cermin yang hancur;
semua itu Dia terima dengan tangan terbuka.
Biarlah
darah-Nya membasuh kita, memulihkan kita, dan menjadikan kita cermin
yang sempurna sehingga kita dapat memancarkan kemuliaan-Nya.
Amin.
No comments:
Post a Comment